Berdaya Literasi Keluarga Dalam karya
Oleh
Nurhabibah
“ Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah
yang akan abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakanmu di akhirat nanti”
( Sayyidina Ali Abi Thalib)
Ketika kita mendengar sebuah kata keluarga akan terlintas dalam pikiran
kita sebuah rumah yang beranggotakan ayah, ibu dan anak. Mereka adalah unit
yang paling kecil dalam sebuah masyarakat.
Langkah gerak anggota keluarga sebagai sumber daya sangat berpengaruh
terhadap pembentukan karakter akademi setiap anak. Hal ini berhubungan dengan tingkat emosional,
sosial sebuah keluarga. Sosok seorang wanita yang begitu penuh daya dalam
mengarungi corak kehidupan dalam sebuah kelurga yang mempunyai peran tiada
bandingnya.
Seiring perkembangan teknologi terutama gawai dalam kehidupan keluarga.
Teknologi sangat berpengaruh terhadap anggota keluarga. Peran aktif seorang
wanita dalam proses tumbuh kembang anak
tak lepas dari pantauanya.
Berbagai sumber informasi dalam genggaman
anak-anak. Daya kontrol emosi yang berhubungan kecanduan gawai begitu krisis
yang dihadapi seorang ibu. Konten negatif tersebar begitu mudah diakses yang
dapat menjadi konsumi keluarga hal ini akan dapat mempengaruhi tumbuh kembang
anak.
Seorang ibu harus dapat memahami
perkembangan teknologi dalam penggunaan media digital. Penggunaan media digital merupakan hal
terpenting yang harus di ikuti oleh seorang ibu. Lewat konten-konten digital
seorang ibu mulai memberikan literasi yang berhubungan dengan nilai-nilai
agama, budaya dan etika peradaban dalam kehidupan bermasyarakat.
Seorang ibu harus mampu mengenalkan
konten digital kepada anggota keluarganya. Konten-konten digital ini akan
menambah wawasan pengetahuan, keterampilan para anggota keluarga. Lewat konten
ini, mulailah membuat goresan-goresan pena bersama anggota keluarga sehingga
mampu menghasilkan sebuah karya.
Langkah awal keberdayaan ini hingga
menghasilkan karya yang mampu menguatkan wawasan pendidikan dalam keluarga.
Secara tidak langsung dapat menerapkan literasi pada keluarga. Kekuatan utama
dalam mengembangkan literasi keluarga sebuah aksi peran seorang ibu. Tumbuh
kembang literasi berawal dari keasadaran dari anggota keluarga yang terus di
pupuk yang menjadi motivasi bagi anggota keluarga.
Lewat
literasi seorang ibu dalam membangun budaya membaca akan melahirkan anggota
keluarga yang literan. Ketika orang tua menanamkan budaya literasi dalam sebuah
keluarga akan secara tidak langsung akan menjadi contoh dalam keluarga.
Menanamkan budaya literasi dalam keluarga melewati proses yang panjang seperti
tumbuh kembang bayi.
Ada
banyak hal yang dapat dilakukan dalam menanamkan budaya literasi dalam sebuah
keluarga. Kekuatan utama adalah bagaimana kita harus mampu mengajak, memotivasi
anggota keluarga untuk membaca. Contoh pertama ketika sambil duduk diteras
rumah sambil santai, kita mulai mengenalkan pada aggota keluarga tentang sebuah
ide. Ide diajukan pada seluruh anggota keluarga, dibahas, dianalisis hingga
menghasilkan sebuah kesimpulan. Sebagai ibu fungsi kita memantau keaktifan
anggota sehingga kita dapat melakukan aksi tindak lanjut.
Ibu
selalu menginspirasi para anggota keluarga dengan kekuatan hatinya, memancarkan
aura motivasi pada setiap anggota keluarga. Mulailah menanamkan waktu-waktu
untuk membaca, sehingga membaca merupakan sebuah kebutuhan. Rasa malu anggota
keluarga akan timbul ketika tidak membaca. Membaca dalam keluarga dapat
dilakukan dengan berbagai kegiatan santai sambil bermain. Misalnya bisa
dilakukan dengan permainan simulasi, permainan ular tangga dan lainnya.
Literasi
itu sangat luas cakupannya. Kekuatan seorang ibu mampu mengatur keuangan
keluarga. Bagaimana anggota keluarga menggunakan dana keluarga untuk membeli
media pendukung literasi. Mulailah menabung untuk literasi dengan memajang
buku-buku di rumah sehingga semangat baca semakin timbul dalam diri anggota
keluarga.
Anggota
keluarag perlu sebuah refresing. Refresing dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Ketika anggota keluarga melakukan refresing setiap anggota keluarga akan
memberikan narasi akan tempat yang dikunjungi. Mungkin liburannya hanya di
sekitar rumah, ke pasar, ke taman, pustaka, toko buku dan lainnya. pengembangan
ini perlu untuk mengasah mental anak dikemudian hari. Apa yang dilihat,
dirasakan, di ungkapkan dalam sebuah narasi yang begitu menarik. Mulai
tahap-tahap inilah anggota keluarga dapat merasakan kekuatan literasi keluarga.
Kekuatan
literasi keluarga berasal dari kekuatan seorang ibu. Berbagai pengalaman yang
dilewati dalam tumbuh kembang sebuah keluarga yang perlu di rangkai dalam
sebuah anksara yang bermakna yang akan membuka jendela dunia. Rangkaian aksara
tersebut akan dibaca, dinikmati oleh para ibu dimana saja berada.
Kita
tidak tahu, banyak para pembaca yang begitu membutuhkan goresan aksara yang
menginspirasi para pembaca. Kelak akan menjadi sejarah bagi kita untuk di masa
akan datang. Ketika kita telah tiada, goresan kita akan diingat para generasi
berikutnya. Hati seorang ibu penulis akan menyala sepanjang masa.
Seorang
penulis akan tetap hidup walapun telah tiada. Karya membuat kita terkenal
banyak orang. Takkala hati melatih rasa, menatap pandangan luas kedepan tentang
sebuah daya yang terungkap dalam sebuah karya. Bagaimana sebuah keluarga yang
penuh dengan berbagai polemik yang harus dapat dituntaskan oleh seorang ibu.
Berbagai karakter keluarganya yang harus diselesaiakannya dengan baik tanpa
melihat sisi mananya, semua dipandang dengan senyum.
Seorang ibu hanya berperan sebagai pendengar yang baik
bagi anggota keluarganya. Hasil pendengaran dan rekam jejak anggota keluarga
menjadi acuan pembelajaran yang tertuang dalam sebuah goresan literasi. Lewat
goresan, cerita yang tergores dalam alunan pena yang panjang penuh arti.
Terlihat bagaimana kita membaca goresan berasal dari hati di baca dengan hati
penuh inspirasi kaum wanita.
Hati tak berdaya yang akhirnya akan menjadi sebuah karya.
Karya yang berasal dari rumah akan dibaca para kaum wanita sedunia yang
menginspirasi para wanita. Seorang wanita begitu tulusnya menggoreskan penanya,
bakumpama seorang bayi yang mulai belajar, mulai dari menggerakkan kepalanya,
tangan, kaki, menelungkup, merangkak, duduk sampai berjalan. Adakala hati
seorang ibu dalam goresannya terasa sumbang alis oleng. Namun terus berpacu
tanpa menyerah menggoreskan penanya fase demi fase tahap tumbuh kembang bayi
menjadi seorang anak yang mampu berdiri dan berjalan sendiri hingga akhirnya
mampu berlari.
Lewat fase-fase tersebut akhirnya goresan tersebut dapat
direvisi hingga akhirnya menjadi yang sempurna. Semua berjalan dengan
kehendak-Nya. Lewat karya seorang ibu mampu menginspirasi para ibu di dunia
yang terus menyala menyinari kehidupan anggota keluarganya tanpa batas.
#darirumahuntukdunia
#sayebaracatatanperempuanKIP2021
#konferensiibuperempuan2021
#ibuprofesional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar