Kamis, 27 Agustus 2020

Dua Jam bersama Prof. Eka Idrajit Inspirasi Motivator Menulis



 

Malam ini suasana begitu Syahdu, Rabu, 26 Agustus 2020. Sesuai jadwal perkuliahan menulis group 15. Bersama Om Jay dan Ibunda Sri sebagai moderator mulai membuka perkuliahan. Terlihat jemari Ibunda Sri lincah mengetik menyapa Prof Eko, “Malam Prof Eko bersama para bapak dan ibu hebat” ucapa Bunda Sri mulai membuka perkuliahan. “Selamat Malam Bu Sri” Jawab Prof Eko dengan senyum khasnya. Seperti biasa ibunda Sri memberikan aturan main perkuliahan malam ini selama 2 jam bersama Prof. Eko sambil membagikan link nyanyian syahdu.

Biasanya para narasumber memberikan data tentang biografinya. Tetapi malam ini materi di awali dengan meminta para peserta untuk memberikan pertanyaan.

 

Memang sebelumnya saya tidak mengenal Prof. Eko sebab saya hanya mengetahui dari para narasumber terdahulu. Akhirnya timbul penasaran membuat saya mencari tahu siapa sebenarnya Prof. Eko Indrajit. Akhirnya saya mulai berselancar akhirnya saya memukan sebuah link : https://www.merdeka.com/richardus-eko-indrajit/profil/ sebuah profil Prof Eko Indrajit.

 

Prof. Eko indrajit yang mempunyai nama aslinya Richardus Eko Indrajit seorang pakar teknologi, yang selalu mengisi seminar-seminar, Prof Eko juga seorang akademis dan penulis puluhan judul buku serta ratusan jurnal ilmiah yang telah banyak dipublikasikan tingkat nasional maupun internasiona. Prof Eko dilahirkan di Jakarta, 24 Januaru 1969. Ia memulai kariri di dunia teknologi sejak di bangku kuliah. Mahasiswa lulusan ITS ini terus menggali potensi dan tak pernah berhenti untuk terus belajar dan mencari ilmu, kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Harvard University, University of the City of Manyla, Maastricht School of Management, Leicester University, dan London School of Public Relations.

 

Berbagai kegiatan dan aktifitas yang dilakukannnya sekembalinya dari luar negeri. Akhirnya Ia mendirikan sebuah perusahaan sebuah perusahaan konsultan teknologi informasi independen yanga membantu banyak perusahaan baik swasta maupun pemerintah.


Dia aktif pula membantu pemerintah dalam sejumlah penugasan. Dimulai dari penunjukan sebagai Widya Iswara Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), yang diikuti dengan berperan sebagai Staf Khusus Bidang Teknologi Informasi Sekretaris Jendral Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Staf Khusus Balitbang Departemen Komunikasi dan Informatika, Staf Khusus Bidang Teknologi Informasi Badan Narkotika Nasional, dan Konsultan Ahli Direktorat Teknologi Informasi dan Unit Khusus Manajemen Informasi Bank Indonesia.


Saat ini ditunjuk oleh pemerintah Republik Indonesia untuk menakhodai institusi pengawas internet Indonesia ID-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure) dan menjadi anggota aktif dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), Dewan Riset Nasional (DRN), dan Dewan Pendidikan Tinggi (DPT).

Selain aktif sebagai konsultan teknologi informasi, suami dari Elisabeth Dhany Retno Putri ini juga menjadi akademisi di beberapa universitas; Universitas Indonesia, Universitas Katolik Atmajaya, Bina Nusantara University, Curtin University of Technology, Universitas Trisakti, Edith Cowan University, dan IPMI-Monash University. Tak hanya pandai di bidang pendidikan serta profesional, Richard juga pandai dalam organisasi.


Kini, ia menjabat sebagai Presiden Association of Higher Learning Institution in Computing and Information Technology Studies dimana ia memimpin lebih dari 700 universitas dan 1.500 program studi di seluruh Indonesia dan President of International Association of Software Architect.

Seolah tak pernah padam semangatnya, Richard juga telah banyak menelurkan karyanya. Tercatat lebih dari tiga puluh judul buku dan ratusan jurnal yang telah dipublikasikan baik nasional maupun internasional.



Riset dan analisa oleh Atiqoh Hasan.

PENDIDIKAN

·         Leicester University, Inggris

·         London School of Public Relations, Jakarta

·         Maastricht School of Management, Belanda

·         University of the City of Manyla, Filipina

·         Applied Computer Science Harvard University, Amerika Serikat

·         Teknik Komputer Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya

KARIR

·         Konsultan teknologi informasi

·         Penulis

·         Akademisi

·         Guru besar ilmu komputer ABFI Institute Perbanas

 

Prof Eko mulai membuka perkuliahan dengan memulai berdoa semoga para peserta penulis dalam keadaan sehat dan tidak kekurangan sesuatu apapun. Secara tidak langsung Prof Eko mereview apa yang disampaikan oleh para narasumber yang sebelumnya penulis yang hebat adalah penulis yang dapat menginspirasi dan telah terbukti bahwa menulis itu mudah termsuk dalam menerbitkan sebuah karya. Semua itu dapat terlaksana jika mempunyai kemauan seperti pepatah, dimana ada kemauna, di situ ada jalan.

 

Prof Eko telah menerbitkan lebih dari 50 buku yang telah dipublikasiakan dalam bahasa Indoensia bahkan sebagian berbahasa Inggris. Selain itu Prof Eko juga aktif menulis artikel populer dan jurnal. Berbagai jurnanl yang telah di publishya dan dibagikan kepada para mahasiswa. Prof Eko mulai menulis semenjak semester 1 di ITS pada tahun 1988. Awalnya Prof Eko menulis karena kesepian jauh dari keluarga serta orang tua, dan bagaimana kehidupan anak kos kosan. Dengan menulis akan menciptakan banyak inspirasi dan mempunyai teman-teman dalam sharing serta dapat berkolaborasi dengan para penulis sehingga mempunyai banyak teman.

 

Sesuai dengan bidangnya Prof Eko kebanyakan menulis tentang teknik komputer, artikel perdananya adalah di muat di majalah mikroda. Sejak kecil Ia sudah mulai membaca karya sastra Indonesia dan membuat sinopsisnya. Sehingga pada waktu SMA sebanyak 113 sinopsis telah menjadi karyanya, dan memegang record. Mulai saat itulah muai membuat karya sastra seperti puisi, pantun, dan gurindam dan hingga berhasil menggaet seorang istri artis.

 

Sambil menunggu pertanyaan, Prof Eko mengirimkan sebuah link https://www.youtube.com/watch?v=nlTroILOLjw. Menulis bisa saja dilakukan dalam keadaan apapun. Pada tahun 2008 Presiden Megawati pernah berkata” Tulis apa yang ada di kepalamu. Nischaya pasti ada manfaatnya bagi sejumlah orang di tanah air” inilah mmebuat Prof Eko terus menulis. Memiliki seorang ayah seorang penulis walapun menulis karena tuntutan pekerjaan, hingga menghasilkan karya dimana-mana. Menulis mempunyai banyak kontribusi bagi kita semua terutama lingkungan sekitarnya dan tidak membuat kita cepat pikun. Membaca sebuah karya sastra merupakan sebuah keindahan dalam sebuah kosa kata baru yang sangat terasa dalam hati sehingga dapat menghasilkan benih-benih karakter yang baik. Pada zaman sekarang anak-anak lebih suka membaca kisah kepahlwanan tetapi mereka tidak suka membaca buku yang tebal-tebal. Toko – toko buku sudah banyak menjual kisah-kisah pahlwan yang sangat menarik.

 

Dengan motto “Hidup sederhana dengan cara menabung paling mudah adalah dengan cara membagi” melalui tulisan dapat memberikan pikiran walaupun sederhana kepada orang lain. dapat di katakan tabungan berupa jumlah teman dan jejaring yang semakin luas sehingga dapat mewarnai kehidupan dalam berpikir, sehingga dengan demikian sebuah cita-cita keliling Indonesia yang dibiayai oleh orang lain dapat terwujud.

 

Menulis biasanya dapat dilakukan dalam waktu sebelum tidur, misalnya satu halaman, jika satu halaman maka jika tiga bulan maka tulisan kita akan menjadi 100 halaman, setelah itu akan di buat sebuah bunga rampai pikiran sbeelum tidur. Apalagi jika kita menulis di mana temanya yang paling kita SUKAI dan KUASAI. Dalam menulis menyusun kalimat memang sulit. Tetapi dengan terus menulis secara tidak langsung akan mengalir dengan sendirinya, sehingga menimbulkan ketagihan. Menulis itu merupakan sebuah literasi untuk semua orang, namun bagi yang berbakat akan menimbulkan karya-karya publikasi best seller, seperti Harry Potter, Lord of the Rings, dan sebagainya.

 

Dalam menjadikan guru melek digital khususnya di daerah terpencil dalam hal ini pemerintah sedang berusaha keras agar semua daerah yang terpencil terjangkau oleh internet. Namun kita tidak hanya menunggu saja, kita harus dapat menghasilkan sebuah karya walaupun kita dalam keterbatasan. Sebab jika kita menunggu dari pemerintah terlalu lama prosesnya, dapat dikatakan dalam sebuah istilah “Tak ada rotan, akarpun jadi”. Dalam kesempatan itu juga Prof Eko menampilkan karya-karya guru hebat yang dapat menulis dalam dua minggu yang sangat menginspirasi bagi guru Indonesia.

 

Pada kesempatan itu juga Prof Eko memberikan bagaimana kita mengadapi keterpurukan. Menghadapi keterpurukan adalah dengan melakukan intropeksi diri serta dilandasi rasa syukur pada Tuhan atas nikmat yang diberikan kepada, akan menjadi antibodi dalam tubuh kita. Berbagai persoalan yang dihadapi akan terlewati sehingga kita dapat move on untuk berbagi bagi orang lain.

 

Kita sebaiknya menulis secara natural. Kita menulis dan setelah itu pelan-pelan kita edit, jika perlu kita meminta orang lain untuk membacanya. Seperti istilah “Ala bisa karena biasa” dan “Tak kenal maka tak sayang” lama kelamaan akan menjadi biasa, walaupun kecil sederhana karya tulisnya akan menjadi terkenal. Semua itu akan lebih asiknya lagi di buat dalam sebuah blog atau internet sehingga banyak orang yang akan membaca.

 

Menulislah mulai dari hal yang sederhana, bisa melalui blog, catatan kecil. Seperti lagu waktu kecil Lagu Kasih Ibu. “hanya memberi tak harap kembali. bagi sang surya, menyinari dunia”.  Kita jangan khawatir dengan tulisan kita, mau di cuekin atau tidak, yang penting kita sudah mencoba memberi yang terbaik dari diri kita sendiri. Tulisan mau dimuat, atau tidak, dalam hal ini bukan juga berarti tulisan kita jelek tetapi karena tidak selaras atau cocok dengan misi penerbit.

 

Mari kita tunjukkan karya kita sendiri. Kita harus bisa memotivasi diri sendiri. Jika dalam pikiran kita susah atau sulit makan semua akan susah. Tetapi optimislah bahwa kita bisa maka semua akan mudah adanya. Dalam menulis semua memang harus dipaksa, kalau tidak mau menulis maka tidak boleh menjadi guru. Karena guru harus memiliki literasi ini hukumnya wajib. Dalam menghindari plagiat, maka kita harus menulis dengan bahasa kita sendiri, sehingga tidak akan di jumpai kalimat yang persis sama. Jika memang sama maka kita harus menuliskan sumber referensinya.

 

Tanpa terasa waktu berlalu Prof Eko memberikan pesan terakhir sambil memberikan kalimat bijak yaitu "If you can dream it, you can do it".  Silakan bergabung dalam September ceria merdeka. Malam ini perkuliahan begitu termotivasi.

 

9 komentar: