Rabu, 02 September 2020

100 Dari Mimpi

 

Berawal dari mimpi, dengan mimpi, kita lebih mengerti, bagaimana keadaan kita di masa depan. Dengan mimpi sebagai tujuan, kita menentukan dari sekarang arah mana yang akan kita tuju untuk mencapai mimpi kita.

 

 

Malam ini pertemuan ke-14 Group menulis 15 bersama Om Jay dan sebagai moderator Ibunda Sri Sugiarti yang selalu menginspirasi para guru-guru dan tanpa lelah selalu berbagi dan menularkan virus-virus literas yang terus berkembang bagaikan jamur di musim penghujan.

 

Ibu Ditta Widya Utama, S.Pd seorang guru IPA di SMP 1 Cipeundeuy, Subang Jawa Barat, lahir di Subang, 23 mei 1990, menikah dengan Muhammad Kholid, S.Pd dan telah dikarunia seorang anak Muhammad Fatih Musyfiq. Riwayat pendidikan Ibu Dita sejak SD sampai SMP di Subang, ketika SLTA Ibu Dita Melajutkan Pendidikan di SMA 1 Purwakarta, selanjutnya melanjutkan kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Kimia pada tahun 2008 sampai 2012.

 

Karya-karya Tunggalnya yaitu: Lelaki di Ladang Tebu (2020), sebuah antologi cerpen pendidikan (silahkan cek Instagram @dittawidyautami untuk melihat testimoninya), dan Karya Antologinya Jejak Langkah Guru Subang (2019), Kumpulan best practice, MGMP IPA Subang, Guru di Ladang Ilmu (2019), kumpulan cerpen karya guru, Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB), Sepenggal Kisah di Ruang Cipta Pentigraf (2020) – KPPJB, Dari Mata Air Hingga Muara (2020) , Literasi Subang Bihari dan Berwibawa (Lisangbihwa), Pelangi Jiwa (2020),kumpulan kisah inspiratif, KPPJB, Pena Digital Guru Milenial (2020) - kisah para guru blogger, PGRI.Menyongsong Era Baru Pendidikan (2020) - bersama Prof. Eko Indrajit.

 

Ibu Dita aktif di komunitas-komunitas seperti yaitu: MGMP IPA Subang Komisariat Kalijati (Sie. Bidang Kerja Sama dan Humas). PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), KPPJB (Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat), Lisangbihwa (Literasi Subang Bihari dan Berwibawa), GLN Gareulis Jabar Tingkat Kabupaten Subang.

 

Berawal dari mimpi itulah kalimat pembuka dari ibu Dita, sebuah kata-kata mutiara yang pernah jadi mimpi bu Dita ketika kuliah, dengan menulis 100 target mimpi yang ditulis pada sebuah karton besar dan ditempel di dinding kamar kosnya.  Dari 100 mimpinya salah satunya adalah menulis buku. Hari demi hari, satu dmei satu mimpi itu terwujud, setiap mimpi yang terwujud langsung dicoret dari daftar agar punya ruang untuk mimpi-mimpi yang baru. Akhirnya semua karena Allah, 100 mimpinya akhirnya terwujud.

 

Mimpi menulis buku sejak kuliah sudah terwujud ketika mengikuti kreativitas mahasiswa tingkat jurusan dan meraih juara dua dengan skor yang berbeda tipis dari perungkat pertama. Bersama teman mahasiwanya Ibu Dita mulai membuat buku seri “Petualangan Kimia”, buku ini dibuat sebagai prototipe, namun mimpi menulis buku belum tercoret di atas karton, tetap masih terus berharap menghasilkan karya buku dalam aktifitas MGMP dan komunitas literasi.

 

Aktifitas lainnya bu Dita aktif dalam kegiatan kepanitian workshop Best Practice yang diselenggarakan MGMP IPA Kab, Subang. Hasil akhir dari workshop tersebut menerbitkan karya buku, bersama Ibu HJ Rosidah, M.M.Pd sebagai ketua MGMP IPA Kabupaten Subang, bersama Ibu Suprapti, S.Pd sebagai penyunting bukunya, hal ini merupakan suatu kebahagian bagi MKGMP IPA Kabupaten Subang.

Karya Buku Solo pertama pada tahun 2020 selama proses bulan Maret-April 2020 terbit dengan judul Lelaki di Ladang Tebu Lahir. Buku ini merupakan kumpulan cerpen pendidikan yang penuh konflik diambil dari kisah nyata, yang dinarasikan menjadi sbeuah cerpen. Dalam kisah ini menceritakan tentang kisah para murid yang telah menjadi guru kehidupan. Dimana dari sifat baik dan sebaliknya mampu memberikan pembaca pembelajaran yang berarti dalam hidup. Ini merupakan link dari testimoni buku Lelaki di Ladang tebu Lahir : https://www.instagram.com/dittawidyautami/

 

IKUT KELAS MENULIS OMJAY

Ibu dita mengikuti kelas menulis Om jay 26 Maret 2020 bergabung dalam grup menulis via WA Grup bersama Omjay dkk. Awalnya saya masuk gelombang 8 kemudian pindah ke gelombang 7 karena masih ada kuota untuk 2 orang. Banyak manfaat dan kebahagian yang dapat dirasakan ketika bergabung di kelas menulis Om jay. Selama kegiatan menulis dengan OM jay berbaai kejutan dan hadiah yang selalu membuat kebersamaan group menulis ini. konsisten dalam menulis selalu dijaga dalam setiap hari. Bahkan setiap ada jeda materi, OM jay selalu mengirimkan foto (ketoprak, kucing, kue kacang, apapun) hal itu merupakan sebuah bahan untuk dijadikan sebuah tulisan. Pada waktu itu begitu sebuah kejutan yang dapat ditangkap oleh lisan saya yaitu hadiah kejutan berupa buku dari PGRI karena salah satu resume yang telah Ibu Dita buat bersama link berikut : https://dittawidyautami.blogspot.com/2020/04/kisahku-dan-kurma-muda.html?m=1. Pada suatu hari Ibu Dita mendapatkan sebuah sebuah paket kurma rithob dari KSGN dan PGRI. Hal inilah yang membuat Ibu Dita tidak berhenti untuk menulis dan tidak akan pernah untuk mencoret mimpi dalam sebuah kertas karton.

 

Pada waktu bersamaan Ibu Dita mengikuti menulis dua buku secara bersamaan, yaitu pertama bersama Prof. Eko Indrajit, sedangkan ke dua bersama Ibu Kanjeng, Pak Brian dan teman-teman guru blogger lainnya.




Sebuah karya bersama dengan judul Pena Digital Guru Milenial merupakan sebuah karya ke enam. Pena Digital Guru Milenial buah karya dari 43 penulis guru blogger. Pena Digital Guru Milenial dibawah bimbingan Ibu kanjeng yang luar biasa

 

BUKU MAYOR PERTAMA

Senin, 13 April 2020, group menulis angkatan 7 bersama Om jay mendapat materi dari Prof. Eko Indrajit. Prof. Eko Indrajit yang begitu luwes dalam menyampaikan materi, sikap yang bersahaja, membuat Ibu Ditta menikmati pemaparan beliau. Hingga kahirnya beliau menyampaikan tantangan menulis dalam satu minggu. Ketentuan yang diberikan dengan memilih tema yang ada di channel youtube (Eko Channel): https://www.youtube.com/channel/UCa3LCo2Zjy_h_NaWz1V2jOw.

Dalam sekejap para peserta menulis yang menyatakan siap langsung mengirimkan judul outline buku kepada Prof. Eko.

 

Bagaimana Proses Menulis Buku dengan Prof. Eko?

 

Pada tanggal 15 April 2020, Ibu Dita mengirimkan judul beserta outline buku kepada Prof. Eko, alhamdulillah di Acc. Mulailah menulis satu BAB hingga 21 April 2020. Selesai dilanjutkan bimbingan untuk proses editing. Rahasia dalam menulis buku, jika selesai draf mulai dari daftar isi hingga daftar pustaka, baru kemudan edit. Kenapa hal ini dilakukan, karena jika selesai satu bagian kita langsung mengedit, kemungkinan bukunya tidak akan selesai, atau bisa selesai, tetapi dalam waktu relatif lama. Karena dalam proses editung-lah yang sebenarnya memakan porsi waktu paling banyak dalam proses pembuatan buku.

 

Awalnya penulis pemula 20 irang yang dipertemukan dalam satu group yang dibuat oleh Prof. Eko. Akhirnya yang hanya 9 orang yang misi menulis buku bisa sampai diterbitkan. Ibu Dita katakan, bahwa menulis buku dengan prof Eko sama seperti menulis skripsi. Namun sangat menyenangkan karena Prof Eko begitu ramah dan sabar dalam membimbing.

 

PADA MASA BIMBINGAN

Rasa syukur atas waktu dan kesibukannya Prof. Eko masih menyempatkan diri untuk membimbing para penulis pemula. Bimbingan dilakukan melalui WA group, google meet dan zoom.

 

Pada bimbingan pertama, para peserta mempresentasikan naskahnya masing-masing. Lalu Prof Eko memberi masukan atas masing-maisng karya untuk direvisi.

 

Bimbingan kedua, membhaas teknis jadwal pengiriman naskah ke penerbit, jadwal meeting dengan penerbit.

 

SAATNYA PENGUMUMAN 🎉

 

Tepat 4 Juni 2020 merupakan hari yang mendebarkan. Inilah hari pengumuman apakah naskah kami lolos atau tidak. Pengumuman ini dilakukan melalui Zoom yang dihadiri oleh Pak Joko dari penerbit Andi, Omjay dan tentu saja prof. Eko beserta anak didiknya.

 

Saat itu, Prof. Eko berulang kali membesarkan hati kami agar memantapkan hati menerima apa pun hasilnya. Karena dari semua naskah yang masuk, masih ada yang harus revisi minor, revisi mayor dan ada yang langsung diterima.

 

Alhamdulillah, saya bersyukur karena naskah Menyongsong Era Baru Pendidikan termasuk yang langsung diterima.

 

 

 

PROSES DI PENERBIT

 

Sejak pengumuman lulus/tidaknya naskah, selebihnya proses di penerbit mayor. Editing, layout, dsb.

 

12 Juli 2020 saya menerima naskah proof. Naskah yang siap naik cetak tapi butuh dicek untuk terakhir kalinya oleh penulis. Naskah ini dikirim langsung ke penulis beserta surat perjanjian (kontrak). Dan dikirm kembali kepada penerbit.

 

7 Agustus 2020 Ibu Dita  menerima foto ini



 Saya memilih tema ini setelah melihat tayangan berjudul UNESCO Competency Framework for Teachers di Ekoji Channel (channel YouTube Prof. Eko)

 

Dalam video ini dibahas tentang kompetensi teknologi informasi apa saja yang harus dimiliki guru berdasarkan standar UNESCO.

 

MENGAPA HARUS "MENYONGSONG ERA BARU PENDIDIKAN"?

Bapak dan Ibu yang berbahagia, setiap orang tentu memiliki tujuan masing-masing dalam menulis.

Bagi saya, menulis itu ada 3 jenisnya :

1. Menulis untuk mengabadikan momen, Contoh tulisan ini adalah ketika kita menuliskan kisah saat mendapat hadiah kejutan dari Omjay, saat Bapak/Ibu menjadi pemenang lomba blog, dsb.

2. Menulis untuk mengabadikan buah pikiran, Nah kalau ini lebih serius tulisannya. Best Practice, PTK, artikel ilmiah, atau apa pun yang nulisnya terkadang membutuhkan referensi lain.

3. Menulis untuk kebutuhan, Tujuan menulisnya karena ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhannya bisa macam-macam. Misalnya untuk mendapat kesenangan, untuk menyalurkan hobi, dll.

 

Kenapa menyongsong Era Baru karena pada waktu sekarang ada istilahnya generasi Z dan Alpha (Generasi A)sekarang merupakan generasi.

Baik generasi z (lahir antara 1995-2010) maupun generasi A (lahir setelah 2010), keduanya merupakan generasi yang dekat dengan teknologi.

Peserta didik yang kita hadapi saat ini mungkin ada yang termasuk generasi z atau generasi A. Oleh karena itu, kita pun sudah barang tentu harus bisa menguasai atau minimal mnggunakan berbagai teknologi informasi dalam proses pembelajaran.

 

Meski teknologi hanyalah alat, tapi memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran bahkan telah menjadi kriteria kompetensi pedagogi dan profesional bagi seorang guru.

 

Selain itu, adanya pandemi corona mengharuskan kita sebagai pendidik untuk mulai menggeser proses pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran-pembelajaran inovatif yang salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi.

 

Oleh karena itu, kita harus siap Menyongsong Era Baru Pendidikan.

Buku Menyongsong Era Baru Pendidikan ibarat appetizer (hidangan pembuka) dalam suatu jamuan makan yang berfungsi merangsang nafsu makan sebelum hidangan utama (Main Course) dinikmati.

 

Suguhan yang terkandung dalam buku ini, diharapkan mampu meningkatkan semangat Bapak dan Ibu untuk mengembangkan kompetensinya di bidang teknologi informasi yang kemudian dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran.

 

Kita harus optimis dalam  menyongsong era baru pendidikan dimana semua akses informasi bisa didapat dengan mudah. Kapan saja, dimana saja, dan oleh/dengan siapa saja.

 

Proyek Palapa Ring atau istilah lainnya "Tol Langit" yang dilaksanakan pemerintah  semoga menjadi salah satu jalan yang semakin memudahkan akses teknologi informasi di negara kita yang berbentuk kepulauan.

 

Apa yang kita tulis, bagaimana gayanya, isinya, tergantung dari niatan kita menulis. Apakah untuk mengabadikan momen, mengabadikan buah pikiran, atau untuk memenuhi kebutuhan.

 

 

Beberapa pertanyaan dari Peserta.

Pertanyaan dari Ibu Kanjeng. Bagaimana Proses Pembuatan buku bersama prof Eko untuk mengumpulkan referensi yang dibutukan./ Apakah menyiapkan buku hunting ke toko buku dan perpus, atu hanya googling dan bimbingan dari Prof Eko?

Jawaban:

Referensi utama tentu selain dari channel Prof Eko adalah modul ICT Competency Framework for Teachers yang dikeluarkan UNESCO (masih berbahasa Inggris). Dengan menelusuri jurnal-jurnal dan program-program pemerintah, semua itu dilakukan dirumah karena anak Ibu Dita baru berusia 4-5 bulan.

 

Pertanyaan dari: Ibu Endartiningtyas Sulistiyo dari Rembang, Jawa Tengah.

Buku Menyongsong Era Baru Pendidikan merupakan hidangan pembuka untuk menuju main course/ hidangan utama. Mohon dijelaskan lebih detil mengapa begitu dan hidangan utamanya itu apa?

Jawaban:

Menu utamanya adalah bagaimana Bapak/Ibu melakukan pengembangan diri setelah membaca buku ini. Buku ini merupakan pengembangan kompetensi TIK yang sebaiknya dimiliki oleh seorang guru.

Dengan membaca buku ini, kita bisa tahu saat ini sudah mencapai level mana.

Tapi manfaatnya akan jauh lebih besar apabila bapak dan ibu lanjut dengan mengembangkan diri.

 

Entah itu mengikuti Diklat tentang TIK, pembelajaran inovatif, apapun yang pada akhirnya menaikkan level kita sesuai standar UNESCO.

 

Pertanyaan dari Ibu Neng.

1.Bisa berbagi cerita Neng,  gimana pembimbingan menulis berasa menulis skripsi?

2. Bolehkah di share outline buku Menyongsong Era Baru Pendidikan-nya?

Jawaban:

Berasa nulis skripsi karena deadline nya jelas dan harus presentasi di hadapan Prof. Eko. Tapi yg paling penting karena ada proses bimbingannya itu Bu.

Outline Menyonsong Pendidikan Era Baru

 



 Pertanyaan

Dalam proses menulis tentunya Ibu harus membagi peran, peran seorang Ibu, peran seorang istri, peran seorang guru, juga peran seorang penulis itu semua tidak Mudah dan saya apresiasi tinggi.

Pertanyaan saya adalah apa arti seorang istri bagi diri Ibu Ditta?

Jawaban:

Bisa dibilang saya istri yang patut bersyukur karena menikah dengan pria yang penuh tanggung jawab. Arti seorang istri bagi saya tentu merupakan makmum dari suaminya. Harus mampu menjaga nama baik suami, menjaga aibnya. Suasana rumah biasanya tergantung suasana istri. Maka tebarlah senyum selalu untuk para suami. Bahagiakan ia setelah lelahnya seharian bekerja.

 

Pertanyaan dari Ibu Nina

Jika ada siswa yg belum dapat memanfaatkan teknologi komunikasi dalam pjj karena satu dan lain hal. Apa yg teteh lakukan.

Karena satu dan lain halnya ini bisa macam macam ya, Saat PJJ umumnya alat teknologi yg digunakan adalah hp.

Jawaban:

Saat PJJ ini, setelah melalui survei, ternyata banyak anak yang lebih senang belajar lewat WA. Jadi, saya buat WA grup besar Bu. Insya Allah untuk WA sudah banyak yg bisa.

Masalahnya mungkin saat ada anak yg blm bisa mengakses google form, google Classroom, Quizizz, dsb.

 

Maka yg saya lakukan biasanya menyampaikan terlebih dahulu step stepnya.

Saya juga membuka kesempatan kepada siswa bila ingin bertanya langsung lewat wa pribadi (tidak di grup) karena terkadang ada anak yg merasa malu bertanya di hadapan banyak orang.

Jika blm dapat memanfaatkan teknologi Krn tidak punya, saya tidak memberatkan.

Saya siapkan modul dan melakukan home visit.

 

Pertanyaan dari Pak Etika N

1. apa yang tersulit bagi ibu ketika menulis?

2. Bagaimana membangun konsistensi menulis ditengah-tengah kesibukan antara kerja dan keluarga?

Jawaban:

Yang tersulit itu bagi saya adalah menggabungkan ide ide 😄 seperti saat ini, sudah ada ide menulis pentigraf cicak hitam, ada juga rencana buku solo kedua (insya Allah) bertema you are not alone, ingin nulis kisah kepala sekolah saat ini, kisah tukang kayu yang tadi sore saya dengar.

 

Membangun konsistensinya dengan mengingat prinsip saya

teruslah memberi arti bagi setiap orang yang kau temui, dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki

Menulis saat anak dan suami beristirahat. Itu juga salah satu trik saya.

 

Teknologi apa yang harus dimiliki oleh guru dalam menyongsong era baru pendidikan?

Teknologi itu sangat cepat per kembangan nya, dan saya pernah mendengar bahwa pembelajaran akan kondusif menggunakan teknologi pendidikan apabila siswa dan gurunya sama memahami teknologi dan produk yang dipakai guru dan siswa sama, bagaimana pendapat ibu

 

Pendapat ibu bahwa teknologi itu sangat cepat perkembangannya adalah benar. Dan saya sepakat bahwa pembelajaran akan kondusif bila siswa dan gurunya sama sama memahami teknologi tersebut.

 

Teknologi adalah alat. Yang terpenting adalah bagaimana agar siswa dapat menjadi aktif saat pembelajaran. Di satu sekolah, pemanfaatan zoom mungkin bisa jadi primadona. Di sekolah lain belum tentu. Ada yang bisa menggunakan office, ada yang cukup dengan Google Form. Ada yang pakai LMS, ada yang cukup nonton video YouTube. Apapun teknologi yg digunakan, sebisa mungkin harus tetap membuat pembelajaran menjadi bermakna.

 

Namun, meski demikian mempelajari dan menggunakan teknologi baru seperti Augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), atau aplikasi lain tentu hal yang baik.

 

Membuat buku di penerbit mayor jadi pengalaman pertama Bu Ditta. Apa harapannya ke depan untuk menulis buku berikutnya?

Segmen pasar buku yang Ibu buat ini untuk pegangan guru dan pemerhati pendidikan.

 

Oleh karena itu, mari ambil kesempatan menulis bersama Prof. Eko untuk menulis buku-buku bertema pendidikan.

 

Sepertinya untuk pertanyaan ini kita semua sepakat bahwa salah satu jawabannya adalah dengan membiasakan diri membaca jurnal atau artikel ilmiah.

 

Apa yang kita tulis, bagaimana gayanya, isinya, tergantung dari niatan kita menulis. Apakah untuk mengabadikan momen, mengabadikan buah pikiran, atau untuk memenuhi kebutuhan.

 

 

Kesimpulannnya pertemuan ini:

Saat menulis sebuah buku, tulis saja hingga akhir baru kemudian edit. Menulis untuk penerbit mayor membutuhkan proses mulai dari seleksi naskah, proses layout, editing, proofing, cetak hingga pemasaran. Teruslah memberi arti dan menjadi sebaik baik insan. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki.

 

 

 

 

 

 

 

 

8 komentar:

  1. Materi, Pertanyaan dan Jawaban dari Narasumber ada disini semua....

    Kerenn Bu....

    BalasHapus
  2. Rajin sekali Bu berkunjung juga ya di penacantikrip.wordpress.com
    Yuk saling mengomentari biar rame blog nya

    BalasHapus
  3. Resumenya sangat lengkap, semua terekam dg baik

    BalasHapus
  4. Sesi tanya jawabnya juga ada, keren, ..lanjut terus menulis,salam literasi

    BalasHapus
  5. Wow lengkappp ... Terima kasih atas resumenya, Bu.

    BalasHapus
  6. makasih bapak/ibu sudah berkunjung

    BalasHapus
  7. Pokoknya kaya masang tape recorder: kalau lupa datang ke sini.

    BalasHapus