Malam ini narasumber group menulis 15 oleh Ibu
Jamila. Hobby menulis dimulai dari SD dalam bentuk gambar yang bercita-cita
menajdi komikus, namun hilang ditelan zaman akhirnya hilang tanpa bekas.
Hobby menulis mulai bersemi kembali ketika
melihat postingan FB pak Alphian dan bu Tere yang selalu memposting cerita atau
artikel dalam media sosial. Terpikir oleh Ibu Jamilah kog mudah ya mereka
mendapat ide-ide dalam setiap tulisan. Rasa penasaran akhirnya tanya sana tanya
sini semakin tinggi akhirnya mendapat sebuah ide dan langsung menuangkannya
dalam bentuk tulisan. Gayung bersambung dehh, beberapa hari kemudian akhirnya
Ibu Jamila bergabung dalam group WA menulis..
Menulis sebuah pilihan, menulis sebuah
tantangan. Ketika bergabung dalam group menulis, awalnya terasa begitu berat,
bingung, tidak punya ide, dari mana dimulai, apalagi om Jay begitu cepatnya menulis
dan menemukan ide-ide, namun Om Jay terus memotivasi untuk terus menulis.
Pada hari selasa, tepatnya tanggal 14 April
2020 Om Jay mengadirkan Prof. Eko Indrajit sebagai narasumber. Rasa kagum pada
Prof. Eko Indrajit, cerdas, terkenal, dan super, ramah, luwes, dengan
memberikan tantangan yang tergila, dalam satu minggu naskah buku harus siap. Akhirnya
Nekat berbuah manis.
Dua kata yang membuat Ibu Jamila Nekat yaitu “
Konsisten dan Fokus”. Tanpa modal nekat tetap konsisten adalah nol besar. Bukan
hanya tantangan menulis saja, tetapi dalam pembelajaran dan aktifitas
sehari-hari hal ini selalu Ibu Jamila Lakukan.
Sebuah Buku Design Thinking merupakan bukti
kenekatan dan konsisten serta fokusnya Ibu Jamila. Ada tiga kata dasar Ibu
Jamila pegang dalam menulis yaitu: Niat, Tekad, dan Nekat. Tiga kata itu saling
bersinggungan untuk mencapai tujuan yang ingin di capai, tekad harus dibarengi
dengan keinginan yang kuat pula. Wujud Tekad kita harus nekat dalam arti
memiliki keberanian dan siap menerima resiko.
Trik Ibu Jamila dalam menyelesaikan buku
dalam waktu seminggu bukan hal yang mudah, untuk mewujudkannya dalam waktu
singkat, apalagi Ibu Jamila penulis pemula. Banyak kendala yang dihadapi, semua
berkat niat, tekad dan nekat. Akhirnya karya tersebut menjadi karya yang lolos mulus
dipenerbit mayor. Semua ini berkat bimbingan Prof. Eko yang mendampingi sejak
awal, proses editing hingga menghubungkan dengan penerbit mayor. Menulis buku
di penerbit mayor merupakan sebuah impian bagi para penulis.
Hanya dengan tiga kata yaitu niat, Tekad, dan
Nekat dan fokus terangkai dalam konsisten dalam menulis. Dalam menulis,
tulislah apa yang terlintas dalam pikiran kita, jangan pernah menunda, abaikan
masalah ejaan, tanda baca, dan sebagainya, tulislah sampai tuntas, langkah
terakhir kita baca ulang atau editing kembali. dalam editing bisa kita lakukan
sendiri, atau meminta teman/orang yang ahli untuk editing.
Dalam menulis, ketentuan halaman dan huruf
tergantung penerbitnya, biasanya kalau penerbit mayor minimal 75 halaman dengan
jenis huruf dan ukurannya sesuai ketentuan penerbit. Waktu Ibu Jamila menulis
dalam seminggu diminta antara 100-200 halaman.
Ketika Ibu jamila dalam kebingungan untuk
melanjukan menulis, maka yang dilakukan adalah dengan cara membaca referensi
dan liratur yang berkaitan dengan judul yang diambil, jika mentok maka dengarkan
youtube, dan baca referensi dari sumber lain sebanyak-banyaknya.
Menikmati musi merupakan salah satu treatment
yang dapat kita lakukan untuk mengembalikan kesegaran, ide yang terbang entah
kemana, plus meningkakan imun kita untuk fokus kembali menulis. Kesulitan yang
terbesar adalah mendapatkan referensi.
Bagaimana mencari sumber-sumber referensi
secara cepat melalui web browser, buku-buku referensi dan jurnal nasional serta
internasional yang sesuai dengan kajian naskah buku kita.
Kiat yang baik dalam menulis adalah kita
harus dapat membangun komunikasi antar sesama penulis. Desaign Thinking
menceritakan tentang bagaimana seharusnya guru menjadi sosok profesional daam
menyiapkan generasi emas yang memilki keterampilan abad 21. Untuk memenuhi
tantangan semua itu tentunya seorang guru harus siap berinovasi dan kreativitasnya.
Desain Thinking merupakan sebuah pendekatan yang menuntutn kita dalam mencapai
visi dan misi pendidikan Indonesia kearah yang lebih baik dan berkualitas.
Konsep dari Desaig Thinking adalah bagaimana
merancang pembelajaran yang bermakna yang terkait dengan meningkatkan keterampilan
abad 21 bagi peserta didik untuk persiapan generasi emas 2045. Buku ini
diterbitkan agar para pendidik dan tenaga kependidikan dapat membawa wawasan, inovasi
dan pembelajaran yang merupakan salah satu kunci mewujudkan pembelajaran yang
bermakna. Pembelajaran tanpa batas kapan saja dan dimana saja, sehingga mampu
membangun kompetensi yang akan menghasilkan potensi yang berkualitas. Sasaran utama
dari buku ini adalah para guru dan tenaga kependidikan, termasuk di dalamnya
mahasiswa/calon guru dan praktisi kependididikan. Makna buku ini bukan hanya
sebatas format pemikiran, tetapi bagaimaan aktulisasinya nyata dari pikiran
desaign.
Sebelum menerbitkan buku di penerbit mayor, sebelumnya
Iu Jamila sudah pernah menerbitkan buku di penerbit Indi, yang berjudul “Kwartet
Media Bermain dan Belajar”, Ekspektasi Vs realitas (kumpulan pusis) serta
beberapa jurnal.
Sebagai penulis pemula tidak pernah
memikirkan gaya menulis. Menulis sesuai dengan kata hati, pemikiran. Menulis dengan
kata hati apa yang terlintas saat itu ketika hendak presentase karya bareng
teman-teman di depan Prof. Eko. Rasa deg-degan, gugup sampai timbul rasa tidak
percaya diri, apalagi tulisan Ibu Jamila bukan tulisan yang sering yang dishare
om Jay, apalagi mendapat hadiah, namun dengan niat, tekad, nekat dan fokus serta
konsisten alhamdulillah. Akhirnya gaya menulis Ibu Jamila diketahui dari Prof.
Eko.
Dalam menulis buku, ada beberapa bagiannya
yaitu, Judul, bab dan sub bab yang dikembangkan. Pengalaman Ibu Jamila ketika
menulis dipenerbit mayor, Prof. Eko meminta membuat dalam 6 Bab yang dipecah
menjadi sub bab.
Transformasi kinerja guru selama pandemi
tergantung daro segi mana kita melihatnya. Pasti ada plus dan minusnya. Jika kita
melihat dari kompetensi, kebanyakan guru-guru sudah melakukan transformasi
kearah yang lebih baik. Apalagi yang berhubungan dengan penggunaan TIK dalam
proses belajar mengajar, yang selama ini hanya biasa saja, dengan adanya
pandemi maka mau tidak mau harus mampu mengelola pembelajaran secara daring
menggunakan berbagai aplikasi yang berbasis TIK. Guru sudah mulai mampu membuat
PPT, Video pembelajaran, mengelola LMS dan lainnya.
Untuk tetap konsisten menulis kita haus
pandai membagi waktu. Apalagi kita menulis berdasarkan mood. Untuk menyelesaikan
menulis buku dalam satu minggu rasanya sulit sekali. Mencari ide dalam menulis
sangat sulit sekali, caranya kita melibatkan orang lain dalam proses mencari
referensi termasuk urusan mengetik. Untuk
referensi yang minim sebaiknya, maka kita harus mencari referensi dalam bahasa
inggris yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia dan kita pahami
kembali dengan bahasa kita sendiri. Referensi selain di channel Ekoji,
mendapatkan referensi buku diperpustakaan pribadi ibu Jamila, lewat google
books, jurnal dan google cendekia serta jurnal asing seperti di Sciendirect.
Kegiatan berawal dari niat, tekad, dan nekat,
semakin kuat tekad mengawali niat menulis akhirnya menjadi nekat. Nekat untuk
menuntaskan tulisan, dimana pun dalam kondisi apa pun. Menulis dengan hati,
maka ide akan mengalir dengan sendirinya, teruslah menulis, dan jangan lupa
bahagia. Salam literasi.
hebat, lanjut 👍👍
BalasHapusNTN Ibu Jamila hebat yaaaa
BalasHapusBisa menginspirasi banyak orang...