Senin, 07 September 2020

Tips Menulis Ibu Jamila


Malam ini narasumber group menulis 15 oleh Ibu Jamila. Hobby menulis dimulai dari SD dalam bentuk gambar yang bercita-cita menajdi komikus, namun hilang ditelan zaman akhirnya hilang tanpa bekas.

 

Hobby menulis mulai bersemi kembali ketika melihat postingan FB pak Alphian dan bu Tere yang selalu memposting cerita atau artikel dalam media sosial. Terpikir oleh Ibu Jamilah kog mudah ya mereka mendapat ide-ide dalam setiap tulisan. Rasa penasaran akhirnya tanya sana tanya sini semakin tinggi akhirnya mendapat sebuah ide dan langsung menuangkannya dalam bentuk tulisan. Gayung bersambung dehh, beberapa hari kemudian akhirnya Ibu Jamila bergabung dalam group WA menulis..

 

Menulis sebuah pilihan, menulis sebuah tantangan. Ketika bergabung dalam group menulis, awalnya terasa begitu berat, bingung, tidak punya ide, dari mana dimulai, apalagi om Jay begitu cepatnya menulis dan menemukan ide-ide, namun Om Jay terus memotivasi untuk terus menulis.

 

Pada hari selasa, tepatnya tanggal 14 April 2020 Om Jay mengadirkan Prof. Eko Indrajit sebagai narasumber. Rasa kagum pada Prof. Eko Indrajit, cerdas, terkenal, dan super, ramah, luwes, dengan memberikan tantangan yang tergila, dalam satu minggu naskah buku harus siap. Akhirnya Nekat berbuah manis.

 

Dua kata yang membuat Ibu Jamila Nekat yaitu “ Konsisten dan Fokus”. Tanpa modal nekat tetap konsisten adalah nol besar. Bukan hanya tantangan menulis saja, tetapi dalam pembelajaran dan aktifitas sehari-hari hal ini selalu Ibu Jamila Lakukan.

 

Sebuah Buku Design Thinking merupakan bukti kenekatan dan konsisten serta fokusnya Ibu Jamila. Ada tiga kata dasar Ibu Jamila pegang dalam menulis yaitu: Niat, Tekad, dan Nekat. Tiga kata itu saling bersinggungan untuk mencapai tujuan yang ingin di capai, tekad harus dibarengi dengan keinginan yang kuat pula. Wujud Tekad kita harus nekat dalam arti memiliki keberanian dan siap menerima resiko.

 

Trik Ibu Jamila dalam menyelesaikan buku dalam waktu seminggu bukan hal yang mudah, untuk mewujudkannya dalam waktu singkat, apalagi Ibu Jamila penulis pemula. Banyak kendala yang dihadapi, semua berkat niat, tekad dan nekat. Akhirnya karya tersebut menjadi karya yang lolos mulus dipenerbit mayor. Semua ini berkat bimbingan Prof. Eko yang mendampingi sejak awal, proses editing hingga menghubungkan dengan penerbit mayor. Menulis buku di penerbit mayor merupakan sebuah impian bagi para penulis.

 

Hanya dengan tiga kata yaitu niat, Tekad, dan Nekat dan fokus terangkai dalam konsisten dalam menulis. Dalam menulis, tulislah apa yang terlintas dalam pikiran kita, jangan pernah menunda, abaikan masalah ejaan, tanda baca, dan sebagainya, tulislah sampai tuntas, langkah terakhir kita baca ulang atau editing kembali. dalam editing bisa kita lakukan sendiri, atau meminta teman/orang yang ahli untuk editing.

 

Dalam menulis, ketentuan halaman dan huruf tergantung penerbitnya, biasanya kalau penerbit mayor minimal 75 halaman dengan jenis huruf dan ukurannya sesuai ketentuan penerbit. Waktu Ibu Jamila menulis dalam seminggu diminta antara 100-200 halaman.

 

Ketika Ibu jamila dalam kebingungan untuk melanjukan menulis, maka yang dilakukan adalah dengan cara membaca referensi dan liratur yang berkaitan dengan judul yang diambil, jika mentok maka dengarkan youtube, dan baca referensi dari sumber lain sebanyak-banyaknya.

 

Menikmati musi merupakan salah satu treatment yang dapat kita lakukan untuk mengembalikan kesegaran, ide yang terbang entah kemana, plus meningkakan imun kita untuk fokus kembali menulis. Kesulitan yang terbesar adalah mendapatkan referensi.

 

Bagaimana mencari sumber-sumber referensi secara cepat melalui web browser, buku-buku referensi dan jurnal nasional serta internasional yang sesuai dengan kajian naskah buku kita.

 

Kiat yang baik dalam menulis adalah kita harus dapat membangun komunikasi antar sesama penulis. Desaign Thinking menceritakan tentang bagaimana seharusnya guru menjadi sosok profesional daam menyiapkan generasi emas yang memilki keterampilan abad 21. Untuk memenuhi tantangan semua itu tentunya seorang guru harus siap berinovasi dan kreativitasnya. Desain Thinking merupakan sebuah pendekatan yang menuntutn kita dalam mencapai visi dan misi pendidikan Indonesia kearah yang lebih baik dan berkualitas.

 

Konsep dari Desaig Thinking adalah bagaimana merancang pembelajaran yang bermakna yang terkait dengan meningkatkan keterampilan abad 21 bagi peserta didik untuk persiapan generasi emas 2045. Buku ini diterbitkan agar para pendidik dan tenaga kependidikan dapat membawa wawasan, inovasi dan pembelajaran yang merupakan salah satu kunci mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran tanpa batas kapan saja dan dimana saja, sehingga mampu membangun kompetensi yang akan menghasilkan potensi yang berkualitas. Sasaran utama dari buku ini adalah para guru dan tenaga kependidikan, termasuk di dalamnya mahasiswa/calon guru dan praktisi kependididikan. Makna buku ini bukan hanya sebatas format pemikiran, tetapi bagaimaan aktulisasinya nyata dari pikiran desaign.

 

Sebelum menerbitkan buku di penerbit mayor, sebelumnya Iu Jamila sudah pernah menerbitkan buku di penerbit Indi, yang berjudul “Kwartet Media Bermain dan Belajar”, Ekspektasi Vs realitas (kumpulan pusis) serta beberapa jurnal.

 

Sebagai penulis pemula tidak pernah memikirkan gaya menulis. Menulis sesuai dengan kata hati, pemikiran. Menulis dengan kata hati apa yang terlintas saat itu ketika hendak presentase karya bareng teman-teman di depan Prof. Eko. Rasa deg-degan, gugup sampai timbul rasa tidak percaya diri, apalagi tulisan Ibu Jamila bukan tulisan yang sering yang dishare om Jay, apalagi mendapat hadiah, namun dengan niat, tekad, nekat dan fokus serta konsisten alhamdulillah. Akhirnya gaya menulis Ibu Jamila diketahui dari Prof. Eko.

 

Dalam menulis buku, ada beberapa bagiannya yaitu, Judul, bab dan sub bab yang dikembangkan. Pengalaman Ibu Jamila ketika menulis dipenerbit mayor, Prof. Eko meminta membuat dalam 6 Bab yang dipecah menjadi sub bab.

 

Transformasi kinerja guru selama pandemi tergantung daro segi mana kita melihatnya. Pasti ada plus dan minusnya. Jika kita melihat dari kompetensi, kebanyakan guru-guru sudah melakukan transformasi kearah yang lebih baik. Apalagi yang berhubungan dengan penggunaan TIK dalam proses belajar mengajar, yang selama ini hanya biasa saja, dengan adanya pandemi maka mau tidak mau harus mampu mengelola pembelajaran secara daring menggunakan berbagai aplikasi yang berbasis TIK. Guru sudah mulai mampu membuat PPT, Video pembelajaran, mengelola LMS dan lainnya.

 

Untuk tetap konsisten menulis kita haus pandai membagi waktu. Apalagi kita menulis berdasarkan mood. Untuk menyelesaikan menulis buku dalam satu minggu rasanya sulit sekali. Mencari ide dalam menulis sangat sulit sekali, caranya kita melibatkan orang lain dalam proses mencari referensi termasuk urusan mengetik.  Untuk referensi yang minim sebaiknya, maka kita harus mencari referensi dalam bahasa inggris yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia dan kita pahami kembali dengan bahasa kita sendiri. Referensi selain di channel Ekoji, mendapatkan referensi buku diperpustakaan pribadi ibu Jamila, lewat google books, jurnal dan google cendekia serta jurnal asing seperti di Sciendirect.

 

Kegiatan berawal dari niat, tekad, dan nekat, semakin kuat tekad mengawali niat menulis akhirnya menjadi nekat. Nekat untuk menuntaskan tulisan, dimana pun dalam kondisi apa pun. Menulis dengan hati, maka ide akan mengalir dengan sendirinya, teruslah menulis, dan jangan lupa bahagia. Salam literasi.

 


2 komentar: